Apa Itu Sesar Cimandiri ?, Pemicu Gempa Cianjur Magnitudo 5.6 yang Mengakibatkan 162 Orang Meninggal

Tim iNews Id
Sesar Cimandiri. Foto: Istimewa

NASIONAL, iNews.id - Gempa dangkal berkekuatan magnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur , Jawa Barat, Senin (21/11/2022).

BMKG menyatakan gempa kemungkinan akibat pergerakan Sesar Cimandiri . Gempa Cianjur terjadi pada pukul 13.21 WIB pada kedalaman 10 kilometer (km).

Pusat gempa berada di koordinat 6,84 Lintang Selatan (LS) dan 107,05 Bujur Timur (BT), persisnya 10 km barat daya Cianjur.

Guncangan gempa dirasakan mulai Sukabumi hingga Jakarta dan kota-kota penyangga sekitarnya. Hingga Senin malam, sedikitnya 162 orang tewas akibat bencana ini dan ratusan korban luka-luka.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Cimandiri.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," kata BMKG dalam keterangan tertulis.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, berdasarkan hasil monitoring, hingga Senin sore tercatat, sedikitnya 25 kali gempa susulan. Masyarakat pun diminta terus waspada.

"Terjadi 25 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 4 dan terkecil 1,8," tutur Dwikorita saat menyampaikan keterangan pers.

Apa Itu Sesar ?

Sesar atau patahan secara geologi merupakan bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya.

Jarak pergeseran tersebut bisa hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer. Adapun bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer. Merujuk buku "Structural Geology" tulisan profesor geologi dari Universitas Harvard, Marland P Billings, dan disarikan kembali ESDM Lampung, sesar dengan ukuran besar terjadi akibat gaya tektonik yang ditimbulkan saat terjadinya pergerakan lempeng, seperti zona subduksi pada pertemuan dua lempeng tektonik.

Secara umum, sesar atau patahan dapat terbentuk akibat adanya gaya pada batuan, sehingga batuan tidak mampu lagi menahan gaya tersebut.

Daerah dengan sesar yang masih aktif bergerak, merupakan daerah yang rawan akan gempa bumi, karena berupa area. Biasanya sesar atau patahan disebut dengan zona sesar/bidang sesar.

Lantas apa itu Sesar Cimandiri ?


Sesar Cimandiri. Foto: Istimewa
 

Sesar Cimandiri merupakan patahan geser aktif di Provinsi Jawa Barat yang memanjang dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu (Kabupaten Sukabumi), mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Bandung Barat, dan Subang.

Sesar Cimandiri mengalami pertemuan dengan Sesar Lembang di Padalarang dan Sesar Baribis di Subang.

Menurut RW van Bemmelen dalam tulisannya pada 1949 "The Geology of Indonesia vol. IA: General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes," di Jabar setidaknya dijumpai enam struktur sesar regional.

Enam struktur tersebut yaitu, Sesar Cimandiri, Sesar Cipeles, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Pelabuhanratu, dan Sesar Citanduy.

Dari struktur regional tersebut, Sesar Cimandiri yang paling berperan terhadap sebaran batuan berumur Paleogen di permukaan.

Iyan Haryanto dkk dari Fakultas Geologi Universitas Padjajaran (Unpad) dalam jurnal bertajuk Tektonik Sesar Cimandiri Provinsi Jawa Barat menjelaskan, struktur Sesar Cimandiri membentuk kelurusan lembah dan rangkaian perbukitan yang memanjang mulai dari Pelabuhanratu di bagian barat, hingga ke arah timur mencapai lokasi Gunung Tangkuban Perahu.

"Jalur Sesar Cimandiri melintasi Perbukitan Jampang, Warungkiara, Walat dan Rajamandala," tulis Iyan.

Ahli geologi Pulunggono dan Martodjojo mengungkapkan, perubahan tektonik paleogen-neogen sebagai peristiwa tektonik penting di Jawa (terangkum dalam kumpulan makalah seminar geologi dan geotektonik Pulau Jawa sejak akhir mesozoik hingga kuarter di Departemen Geologi UGM), keberadaan Sesar Cimandiri berhubungan dengan geologi Ciletuh yang berada di selatannya.

Keberadaan sesar ini merupakan hasil reaktifasi dari jejak-jejak paleosubduksi kapur.

Tentang Tektonik Sesar Cimandiri


Sesar Cimandiri. Foto: Istimewa

 

 Dalam penelitian Tektonik Sesar Cimandiri, Iyan Haryanto dkk menyebutkan, berdasarkan orientasi dari jalur patahan, Sesar Cimandiri terdiri atas segmen bagian barat yang berarah barat-timur dan segmen bagian timur yang berarah timurlaut-barat daya.

Segmen bagian barat membentang mulai dari Pelabuhanratu hingga Perbukitan Walat, sementara segmen bagian timur membentang mulai dari perbatasan Sukabumi-Cianjur hingga Gunung Tangkubanparahu di Bandung Utara.

Pada segmen barat, kelurusan Sesar Cimandiri dicirikan dengan adanya kelurusan Lembah Cimandiri yang diapit oleh Perbukitan Jampang di bagian selatan dan Perbukitan Walat-Warungkiara di utara.

Perbukitan Jampang disusun oleh batuan volkaniklastik Formasi Jampang dengan kedudukan berarah barat-timur dan kemiringan berkisar antara 30- 40 derajat.

Adapun jalur Sesar Cimandiri bagian timur berada di bagian utara dari rangkaian perbukitan Rajamandala.

Sebagian besar jalur sesarnya memotong Formasi Rajamandala dan Formasi Citarum, dan berperan sebagai pembatas sebaran kedua formasi tersebut terhadap breksi vulkanik Formasi Besar yang berada di bagian utara.

Berdasarkan data MNC Media aktivitas Sesar Cimandiri bukan kali ini saja memicu gempa bumi di Jawa Barat.

Pada 6 November 2022 ini, gempa M4,6 mengguncang Sukabumi. BMKG juga menyatakan gempa tersebut akibat pergerakan Sesar Cimandiri.


Gempa Cianjur Magnitudo 5.6 SR, Senin (21/11/2022) terjadi akibat aktivitas Sesar Cimandiri. Foto: iNews.id.
 

Sejak Tahun 1844

Gempa Kerap Mengguncang Cianjur Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebutkan wilayah Sukabumi dan Padalarang, Jawa Barat sering mengalami gempa sejak tahun 1844.

Hal ini dikarenakan wilayah tersebut merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks.

Diawali oleh gempa pada tahun 1844-an. Kemudian juga terjadi gempa pada tahun 1910-an merusak di wilayah Cianjur dan sekitarnya.

Lalu 21 Januari 1912, banyak sekali titik kerusakan rumah di perbatasan Cianjur dan Sukabumi.

Selanjutnya 2 November 1968 gempa berkekuatan magnitudo 5,4 juga banyak sekali rumah yang roboh.

10 Februari 1982 banyak sekali gempa berkekuatan magnitudo 5,5 menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

Selanjutnya pada 12 Juli 2000 terjadi gempa berkekuatan magnitudo 5,1 yang menyebabkan lebih dari 1.900 rumah mengalami rusak berat.

Berdasarkan catatan gempa BMKG terjadi tiga gempa secara berurutan yaitu magnitudo 4,1, magnitudo 3,3, magnitudo 2,6 pada 14 November lalu di Cirata, Bandung.

Editor : Jufri Tonapa

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network