LUWU UTARA, iNews.id - Selama tiga (3) bulan lebih, 26 Kepala Keluarga (KK) korban banjir bandang yang menggenangi Dusun Suka Maju, Malangke', Luwu Utara, hanya mampu bertahan hidup di tenda pengungsian.
Crisis Center Gereja Toraja kemudian bergerak cepat. Sebanyak 26 hunian sementara akan segera dibangun di lokasi yang aman dari genangan banjir. Diketahui Sungai Rongkong yang meluap pada 16 Desember 2022 lalu, juga membuat mata pencaharian warga hilang dalam sekejab.
Sawah yang menjadi sumber ekonomi, terendam air. Bantuan beras dan kebutuhan lainnya terbatas. Tidak ada pilihan lain, untuk makan sehari-hari, korban banjir hanya menggantungkan hidup dengan mencari ikan di air genangan tersebut.
"Saya tidak tau lagi bagaimana rasanya hidup menderita begini. Jika terus bertahan di tenda, bagaimana anak-anak saya akan bersekolah, bagaimana kami melanjutkan hidup," ungkapnya.
Dalam tenda berukuran 3x4 tersebut, dihuni 14 jiwa. Damaris bahkan harus merawat ibunya di tenda pengungsian, yang kini sudah berusia lanjut (Damaris Sulo, usia 105 tahun).
Saat melihat kondisi para korban, Ketua Umum, Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja, Pdt. Dr. Alfred Anggui mengatakan kondisinya cukup memprihatinkan, terutama mata pencaharian mereka hilang.
"Bertahan di tenda pengungsian dengan berbagai keterbatasan sangat memilukan, apalagi dalam waktu yang lama. Tetapi yang lebih memprihatinkan adalah mereka kehilangan pekerjaan. Crisis Center Gereja Toraja harus gerak cepat menemukan solusi terbaik," jelasnya.
Didampingi BPSW 1 Tana Luwu, Ketum Alfred kemudian mengajak semua warga gereja untuk terlibat dalam aksi kemanusiaan tersebut.
"Saya mengajak semua warga gereja dan siapa pun yang tergerak hatinya untuk kita bersama-sama melakukan aksi nyata gerakan kemanusiaan untuk saudara-saudara kita di Malangke'," tutupnya.
Editor : Jufri Tonapa
Artikel Terkait