LUWU UTARA, iNews.id - Buruknya infrastruktur di wilayah Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, mengakibatkan warga harus berjalan kaki sambil menandu jenazah seorang pendeta sejauh 30 km.
Para warga yang membawa jenazah tersebut harus melintasi jalan berlumpur dan menyeberangi sungai. Pendeta yang bernama Darma tersebut merupakan warga Kampung Baru, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara.
Pendeta tersebut meninggal dunia di Kota Makassar dan berwasiat untuk dimakamkan di tanah kelahirannya di Kecamatan Seko. Oleh karena itu, keluarga pendeta tersebut akhirnya membawa jenazah dari Kota Makassar menggunakan ambulans.
Namun, akibat buruknya infrastruktur jalan, ambulans hanya bisa mencapai wilayah Kecamatan Sabbang dan perjalanan harus dilanjutkan dengan ditandu sambil berjalan kaki menuju Kecamatan Seko sejauh 30 km.
Para pembawa jenazah harus berjibaku di jalan berlumpur karena tidak ada jalan yang memadai dan harus menyeberangi sungai yang deras karena tidak ada jembatan.
Kondisi ini membuat anggota DPRD Kabupaten Luwu Utara dari Partai Perindo, Yusuf Paebonan, merasa prihatin.
"Kami sangat prihatin dengan buruknya infrastruktur jalan ini. Jalan tersebut merupakan kewenangan Pemprov Sulawesi Selatan karena merupakan jalan provinsi. Upaya pembenahan sudah dilakukan oleh Pemkab Luwu Utara, namun anggarannya sangat terbatas," ungkap Yusuf.
Jarak antara Kecamatan Sabbang dengan Kecamatan Seko mencapai 126 km. Namun, akibat buruknya infrastruktur jalan, perjalanan antar kecamatan tersebut membutuhkan waktu 1-2 hari jika menggunakan sepeda motor.
Biaya ojek sepeda motor untuk perjalanan antar kecamatan tersebut mencapai Rp1 juta untuk sekali jalan.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta