get app
inews
Aa Read Next : DPPKB Tana Toraja Gelar Audit Kasus Stunting Tahap Dua

Kolaborasi Turunkan Angka Stunting, BKKBN Sulsel Gelar Rakerda Bangga Kencana

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:53 WIB
header img
Foto Bersama Penandatanganan Komitmen Dalam Menurunkan Angka Stunting Disulsel. ( Dok.Istimewa )

MAKASSAR - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Selatan (Sulsel) terus melakukan percepatan penurunan stunting sebagai upaya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Salah satu langkah yang dilakukan dengan menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).

Acara yang mengangkat tema ‘Optimalisasi Bonus Demografi dan Peningkatan SDM Menuju Indonesia Emas 2045’ ini berlangsung di Swiss-Belinn Panakkukang Makassar, Rabu (27/3/2024).

Kegiatan tersebut diikuti Kepala Bappeda Kabupaten/Kota se-Sulsel, Kepala OPD Dalduk KB kabupaten/kota, Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dan berbagai mitra kerja provinsi.

Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel, Shodiqin menjelaskan bahwa prevalensi stunting dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif di Indonesia, meningkat pada periode 2007-2013.

Hasil SSGI terakhir menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia menunjukkan angka 21,6 persen dengan disparitas yang lebar antar provinsi.

“Serta rata-rata penurunan yang relatif lambat menjadi tantangan dalam kerangka perecepatan penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024,” jelasnya.

Data prevalensi stunting di Sulsel berdasarkan hasil SSGBI tahun 2019 sebesar 30.59 persen, atau mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar 3,19 persen menjadi 27,4 persen. 

Shodiqin menyebut, angka ini masih di atas rata-rata nasional.

Selain itu, jumlah keluarga berisiko stunting di Sulsel juga masih cukup tinggi yaitu 316.941 (26.9 persen dari sasaran) dengan daerah paling tinggi adalah Kabupaten Selayar dan terendah adalah Kabupaten Bone.

Sholidin memaparkan, kondisi stunting yang ada di Indonesia saat ini termasuk di Sulawesi Selatan menjadi ancaman serius yang perlu mendapat perhatian bersama.

Sebab, stunting akan menghambat potensi transisi demografis Indonesia, dimana rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja menurun. 

Sehingga bonus demografi yang diproyeksi akan dinikmati Indonesia pada 2045 akan sia-sia dan mimpi mimpi Indonesia Emas tidak terealisasi. 

“Penanganan permasalahan stunting harus dilakukan secara paripurna, komprehensif, terpadu dan bersifat multisektoral dengan mengintensifkan pendampingan terhadap keluarga yang berisiko melahirkan bayi stunting,” paparnya.

Oleh karena itu, melalui Rakerda Program Bangga Kencana, diharapkan dapat menjadi momentum, untuk mampu menciptakan sumber daya manusia unggul dan mewujudkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing di Sulsel.

Rumuskan Strategi

Dalam kesempatan yang sama, Penjabat Gubernur Sulsel yang diwakili Staf Ahli Bidang Hukum dan Pemerintahan, Malik Faisal menambahkan, Rakerda Bangga Kencana ini bertujuan merumuskan strategi.

Sebab, kata dia, Pj Guburnur Sulsel Bahtiar Baharuddin berharap tahun 2025 harus ada penurunan stunting yang signifikan.

“2025 harus turun drastis, olehnya melalui kesempatan ini kita membangun sinergitas dan evaluasi,” kata Malik Faisal.

Sekadar diketahui, Rakerda ini juga diisi dengan berbagai materi, seperti Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui Program Bangga Kencana.

Lalu ada materi Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024, dan Akselerasi Percepatan Penurunan Stunting di Sulsel. 

Ada pula materi Indikator Strategis Kependudukan di Sulsel, serta Optimaliasi Bonus Demografi dalam mewujudkan Generasi Emas 2045.

Editor : Jufri Tonapa

Follow Berita iNews Toraja di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut